Wednesday, November 7, 2012

Pembuatan Batik

1. Pemotongan Kain sesuai dengan kebutuhan.
2. Mengetel : menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Prosess ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna.
3. Nglengreng : Menggambar langsung pada kain.
4. Isen-isen : memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng.
5. Nembok : menutup (ngeblok) bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
6. Ngobat : Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna.
7. Nglorod : Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih (finishing).
8. Pencucian : setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur. Rating: 4.5

Monday, October 29, 2012

Menghadapi Stres Menjelang UN

Penyelenggaraan Ujian nasional tahun 2013 mulai tingkat SD, SMP, dan SMA sebentar lagi akan segera digelar. Ujian Nasional , yang memang sejak dari pertama diberlakukan sampai sekarang belum lepas dari kontroversi. Ada pihak yang mendukung terhadap pelaksanaan Ujian Nasional, tapi juga tidak sedikit pihak yang menyayangkan atas diberlakukannya Ujian Nasional dan menghendaki Ujian Nasional sebaiknya ditiadakan.
   
Tetapi walau demikian adanya, pemerintah melalui kemendikbud tetap pada keputusan untuk melaksanakan Ujian Nasional sebagai salah satu standar kelulusan. Kita sebagai pendidik, orang tua ataupun siswa tidak perlu berpolemik terhadap hal tersebut, toh Ujian Nasional tetap akan dilaksanakan dan kita akan menghadapinya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah mempersiapkan matang-matang untuk menghadapinya. Dengan harapan hasil yang akan kita capai sesuai dengan apa yang kita harapkan.
   
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Kemendikbud, di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
   
Namun terlepas dari kontroversi tersebut, menjelang pelaksanaan Ujian Nasional biasanya menciptakan stress pada anak. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stress tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stress memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

Sedangkan pada siswa yang sedang menghadapi Ujian Nasional, stress antara lain dapat berkaitan dengan :

* Tekanan Orang Tua
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak, istirahatnya, dan perkembangannya. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan lulus ujian dengan memuaskan.

* Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya berprestasi. Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik? Karena reputasi guru dan sekolah dipertaruhkan saat ujian sekolah khususnya Ujian Nasional.

* Tekanan dari  Sesama Siswa
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal.


* Tekanan dari  Diri Sendiri
Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stress dan depresi. Mengapa ini terjadi? Menurut psikolog Dra. Yuli Suliswidiawati, M.Psi, mengutarakan bahwa stress atau perasaan-perasaan negatif tersebut lebih disebabkan karena ketidaksiapan diri siswa. Perasaan negatif lainnya adalah karena ketidakjelasan informasi tentang Ujian Nasional itu sendiri. Mereka berhenti dengan kata ”bingung bu”, dan merasa terlalu banyak yang berkecamuk di benaknya. Terungkap bahwa sebagian dari penyebab stress yang terjadi pada mereka yang akan menghadapi Ujian Nasional itu adalah ”ketakutan-ketakutan” yang berkaitan dengan orang tua mereka. Anak takut dimarahi orang tua, takut mengecewakan orang tua, takut dipermalukan orang tua di depan teman, takut orang tua marah kalau hasilnya kurang memuaskan, takut orang tua kecewa jika mendapat nilai tidak baik, takut tidak dapat masuk sekolah yang diinginkan orang tua, takut tidak bisa sebaik saudara dan teman yang selama ini selalu menjadi bahan perbandingan dari orang tua dan takut kehilangan fasilitas yang selama ini selalu menjadi ancaman orang tua.
  
Perasaan berkecamuk itu memang benar-benar campur aduk, antara lain merasa harus lulus, ingin lulus dengan nilai baik, ingin bisa masuk sekolah yang diinginkan, tegang karena takut tidak lulus, takut nilai jelek, takut tidak bisa masuk sekolah yang diinginkan,  takut tidak bisa menjawab soal ujian, takut jika sedang ujian mendadak blank, takut panik, takut pengawasnya galak, takut salah melingkari, takut salah mengisi data pribadi, dan  takut malu pada teman, dan perasaan-perasaan negative lainnya.
   
Bagaimana sebaiknya dengan orang tua di rumah?  Psikolog dari Universitas Indonesia, Tika Bisono mengatakan, orang tua tidak perlu panik menghadapi ujian.”Dukungan orangtua dapat dengan membantu anak menyelesaikan soal-soal latihan,” pesannya. Jika orangtua tidak memberi semangat bisa mengakibatkan stress pada anak. Apalagi terhadap diri siswa yang akan menjalani Ujian Nasional. Tidak jarang siswa merasa UN sebagai ajang mempertaruhkan reputasi diri. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, peran orangtua dan guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan anak menempuh ujian. Guru dan orang tua harus mampu memotivasi dan meluruskan persepsi siswa tentang ujian nasional tersebut.
   
Dengan menjadi contoh yang baik tentu dapat membantu. Tunjukkan pada anak bahwa orangtua mampu menghadapi pekerjaan rumah tangga dengan baik. Tunjukan sikap positif saat menghadapi tantangan tersebut. Sebagai guru bekali siswa dengan pengetahuan yang cukup agar siswa merasa lebih siap menghadapi soal-soal yang akan diujikan.
Tanggapan positif juga bisa membantu anak tenang menghadapi Ujian Nasional. Ucapan akan sangat berpengaruh, untuk itu hindarilah ungkapan yang terkesan menuntut dan mengkritik. Bahkan Psikolog anak, Elly Risman Musa, meminta agar kita selaku orang tua memasuki dunia anak.   
   
Saat ini anak sedang bersiap menghadapi ujian, apalagi untuk anak-anak yang sibuk menghadapi ujian nasional. Kalau dia bersekolah di sekolah yang baik atau favorit, tentu sekolah akan mengeluarkan kebijakan kepada guru-guru, wali kelas, dan siswa untuk mempertahankan status atau mutu sekolah. Hal ini dapat berbentuk target-target yang harus dikejar oleh masing-masing wali kelas, kemudian wali kelas akan berkompetisi agar kelas yang dipimpinnya masuk ranking tiga besar nilai tertinggi dari seluruh kelas tiga yang ada di sekolah. Tentu yang menjadi mesinnya adalah anak-anak. Mereka dipacu dengan pendalaman materi dan dibanjiri dengan nasihat-nasihat agar rajin belajar. Sehingga anak-anak merasa tertekan jiwanya. Dalam kondisi lelah dan tertekan sampai di rumah orangtua melakukan hal yang sama. Suasana rumah dapat berubah sedikit tegang. Anak-anak sibuk karena harus belajar dan menyelesaikan pekerjaan rumah. Sedangkan orang tua, biasanya juga mulai senewen. Tanpa terasa, bahasa tubuh orang tua juga berubah. Kalau sudah seperti ini, sebagai reaksi dari stimulus orangtua yang tegang adalah anak-anak akan  jadi grogi sendiri. Sudahlah mau ujian, orangtua makin galak, rumah pun jadi tempat yang kurang menyenangkan.
   
Oleh karena itu solusinya adalah orangtua wajib menjadi pendamping utama bagi anak dalam menghadapi masa ujian seperti saat ini hingga pasca pelaksanaan Ujian Nasional. Mendampingi bukan hanya secara fisik, tetapi juga memotivasi anak tanpa penekanan dan berdialog terhadap berbagai problem yang dihadapi anak dan mendiskusikan solusinya.
   
Selain itu, juga menguatkan mental anak agar bersikap fleksibel dalam menghadapi masalah dan tidak menambah beban anak dengan tuntutan yang tinggi. Orangtua juga sebaiknya tidak menjadikan anak sebagai alat untuk mewujudkan ambisinya sehingga anak menjadi terbebani. Jika gagal, anak tidak hanya kecewa karena harapannya sendiri gagal tetapi juga merasa telah mengecewakan orangtua dan guru.
   
Selanjutnya sebagai pendidik, guru juga harus peduli terhadap sisi kematangan kepribadian siswa di samping keunggulan intelektualnya. Guru juga harus mampu menciptakan pribadi yang siap berkompetisi secara sehat dan siap dengan segala konsekuensinya, dan matang dalam menghadapi berbagai problem dan siap memimpin bangsa dengan kecerdasan dan kebijakannya. Dengan harmonisnya hubungan dan berkurangnya beban emosi, diharapkan anak akan lebih baik dan lebih siap menghadapi ujian. Dan yang penting adalah menjaga kesehatan dan banyak berdoa juga sesuatu yang tidak boleh dilupakan dalam menghadapi ujian. Semoga!!!

Cara belajar

1. Ciptakan suasana yang kondusif
kamu harus menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan tenang untuk belajar. Cara ini merupakan salah satu yang baik karena bagaimanapun jika ingin materi yang kamu pelajari itu bener-bener masuk ke otakmu, kamu harus tenang dan dalam keadaan yang nyaman. Sehingga nggak mengganggu konsentrasi.Membaca Pelajar di luar ruangan mungkin adalah pilihan yang cukup baik, karena selain lebih fresh, kita juga bisa lebih tenang dan nggak penat.
2. Lihat garis besarnya dahulu
Dengan melihat garis besar materi. Jika membaca bahan pelajaran yang baru, jangan langsung menceburkan diri kedalamnya. Kamu bisa lebih meningkatkan pemahaman bila melihat sepintas garis besarnya. Lihatlah semua subjudul, keterangan gambar dan ringkasan yang ada. Jik membaca bacaan yang cukup panjang, maka bacalah dahulu kalimat pertama dari setiap paragrafnya.
3. Buatlah catatan intisari dari bahan pelajaran
Teknik meringkas intisari dari pelajaran. Kalau kamu meringkas materi dari setiap bahan pelajaran ke dalam sebuah catatan kecil, maka akan sangat membantumu mengingat bahan pelajaran itu. Pada saat kamu menulisnya, kamu pasti membaca materinya lagi, bener kan? Itu akan membuatmu cepat hafal materinya. Sebaiknya catatan itu ditulis kedalam buku kecil atau kertas yang bisa dibawa kemana-mana, sehingga bisa dibaca kapan dan dimanapun kamu berada.
4. Berlatihlah tehnik kemampuan mengingat
Teknik kemampuan mengingat. Agar lebih mudah kamu ingat sebaiknya materi yang akan kamu hafal itu diubah menjadi sebuah singkatan atau kata kunci (Mnemonics) dengan formulasi yang mudah diingat-ingat. Seperti MeJiKuHiBiNiU untuk singkatan-singkatan dari warna pelangi, yaitu Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu. Walaupun kamu jika menghafal langsung dalam 1 minggu sudah lupa, dengan menggunakan mnemonics seperti ini kamu bisa ingat sampai puluhan tahun lamanya.
5. Belajarlah dengan tekun dan rutin.
Tekun dan rutin juga sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar, apabila kamu jarang belajar maupun  hanya membaca jika akan ada ulangan pasti prestasinya gak akan maksimal. Jadi belajarlah dengan tekun dan rutin selagi ada waktu untuk belajar. Juga jangan tergesa-gesa memehami pelajaran pada hari terakhir sebelum ulangan.


Cara Belajar Yang Baik untuk menghadapi UN

1. Berkelompok
Bosan belajar sendirian? berkelompok bareng teman. Berkelompok merupakan salah satu pembelajar yang baik dan efektif. Dengan berkelompok kegiatan belajar akan menjadi sangat menyenangkan karena ada temannya.
2. Coba Rajin Membuat Catatan Atau Intisari Dari Pelajaran
Setiap bab pelajaran selalu ada bagian-bagian yang penting. Nah bagian yang penting ini sebaiknya dibuat catatan di buku tersendiri. Tips cara belajar dengan merangkum bahan atau materi pelajaran juga sangat berguna saat Menghadapi Ujian
3. Selalau Disiplin Dan Tekun
Yang penting di sini adalah kualitas belajarnya. Walaupun hanya 1-2 jam sehari tapi kalau di lakukan setiap hari pasti akan lebih baik dari pada pembelajar dalam waktu yang sangat lama pada waktu tertentu saja. Misalnya hanya kalau ada ulangan atau ujian saja.
4. Bertanya Kalau Belum Paham
Biasanya saat guru selesai membahas satu mata pelajaran akan bertanya pada murid muridnya. Apakah sudah jelas? Jangan ragu dan takut untuk bertanya kalau memang kurang paham atau kurang mengerti.
5. Hindari Sukap Tidak Jujur
Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian. Dengan berbelajar teratur seorang murid akan selalu siap jika ada ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek.

Ujian Nasional Matikan Kreativitas

Sistem pendidikan yang menyeragamkan dapat mematikan kreativitas anak. Namun, penyeragaman pendidikan inilah yang justru dikembangkan pemerintah lewat kebijakan ujian nasional (UN) di jenjang SD-SMA/SMK sederajat.
Kebijakan UN yang "memvonis" siswa menyuburkan pendidikan yang bersifat hafalan. Akibatnya, kreativitas anak-anak terpasung karena kebebasan untuk berimajinasi tidak dikembangkan dalam pendidikan di kelas-kelas.
"Coba lihat, ketika di kelas akhir SD, SMP, dan SMA, mata pelajaran lain yang tidak diujinasionalkan dianggap tidak penting. Sebaliknya, mata pelajaran UN diajarkan lebih intensif, termasuk lewat bimbingan tes," kata Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) HAR Tilaar, dalam acara peluncuran tiga Buku pendidikan dan perayaan HUT ke-80 di Jakarta, Sabtu (7/7/2012).
Tilaar yang juga ahli manajemen pendidikan ini mengatakan dirinya bukan antievaluasi. "Tetapi harus jelas tujuan UN itu untuk apa? Tujuannya bukan memvonis siswa, melainkan harusnya memvonis birokrasi pendidikan di tingkat pusat hingga sekolah supaya tahu perbaikan yang harus dilakukan," ujar Tilaar.
Tilaar mengatakan, tak terlihat terobosan pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional Indonesia yang selalu tertinggal dari negara-negara tetangganya. Hal ini juga karena pendidikan di Indonesia bukan untuk melayani kebutuhan anak-anak dengan mengembangkan potensi yang ada di negeri ini.
Tilaar mencontohkan, Pemerintah Korea Selatan saja berani mengeluarkan kebijakan untuk melarang siswa ikut bimbingan belajar di lembaga di luar sekolah. Tujuannya karena pemerintah tidak ingin siswa hanya mengejar akademik.
"Dalam perkembangan dunia saat ini, pendidikan yang dikembangkan adalah yang mampu mengembangkan kreativitas anak. Sebab, kreativitas dapat mendorong lahirnya penemu-penemu, termasuk juga wirausaha yang dibutuhkan untuk mendukung kemajuan suatu negara," papar Tilaar.

Soal UN 2013 Akan Diubah

Materi soal ujian nasional jenjang SMA/MA/SMK pada 2013 direncanakan berubah. Hal itu untuk mengikuti keinginan pemerintah mengintegrasikan hasil ujian nasional untuk seleksi masuk calon mahasiswa di perguruan tinggi negeri lewat jalur undangan.

Nantinya soal ujian nasional (UN) SMA/MA/SMK didesain untuk mengukur prestasi siswa di jenjang akhir pendidikan menengah sekaligus memprediksi potensi siswa di perguruan tinggi. Akhir September 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ditargetkan punya format yang akan dibahas bersama Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia.

”Pemerintah dan BSNP akan segera rapat membahas integrasi UN SMA/MA/SMK dengan seleksi perguruan tinggi. Kemungkinan ada perubahan soal UN yang sekaligus bisa untuk seleksi PTN,” kata Djemari Mardapi, anggota BSNP, di Jakarta, Rabu (12/9/2012).

Menurut dia, pengintegrasian UN dengan seleksi masuk PTN selama ini masih pro-kontra. Sebab, UN untuk mengukur prestasi siswa di sekolah, sedangkan seleksi PTN memprediksi potensi akademik dan keberhasilan calon mahasiswa selama kuliah.

”Kami sedang mencoba untuk mengintegrasikan kebutuhan mengevaluasi prestasi dan prediksi lewat pelaksanaan UN,” kata Djemari.

Jika terlaksana, anggaran pelaksanaan UN dan seleksi masuk PTN yang besar bisa diefektifkan. Namun, mutunya tetap sesuai kebutuhan dengan yang diinginkan pemerintah dan PTN.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, pemanfaatan hasil UN SMA/MA/SMK untuk masuk PT, khususnya PTN, harus dilaksanakan. Selama ini, hasil UN pada jenjang SD/MI dipakai dalam seleksi masuk SMP/MTs, sedangkan hasil UN SMP/MTs untuk SMA/MA/SMK. Namun, hasil UN SMA sederajat belum sepenuhnya diakui PTN karena dinilai belum valid akibat tingginya dugaan kecurangan.

”Kalau integrasi hasil UN ke seleksi masuk PTN terlaksana, beban siswa berkurang. Tidak hanya meringankan biaya, tetapi siswa tidak stres karena konsentrasi di UN sudah bisa dipakai untuk seleksi di PTN,” ujar Nuh.

Sementara itu, Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia Idrus Paturusi mengatakan, wacana integrasi hasil UN untuk seleksi PTN mulai diterima kalangan PTN. Namun, formatnya masih perlu dibahas.

”Bisa jadi dengan bobot persentase nilai UN dan nilai rapor,” kata Idrus, yang juga Rektor Universitas Hasanuddin, Makassar.
ANGGA. Powered by Blogger.